Equity Crowdfunding, Investasi Menjanjikan yang Layak Dicoba di 2021

 

Beragam jenis investasi seperti emas, saham, sampai reksadana, tergolong cukup familier di masyarakat. Memasuki 2021, tidak ada salahnya mencoba investasi lain yang tergolong cukup menjanjikan yaitu equity crowdfunding.

Investasi equity crowdfunding ini cukup menarik karena investor bisa memperoleh passive income. Artinya tidak perlu ngapa-ngapain tapi tetap dapat pemasukkan.

Selama ini mungkin masih banyak orang yang mengandalkan active income alias gaji bulanan. Meski gaji sudah mencukupi, tidak ada salahnya mencoba platform crowdfunding yang bisa memberikan passive income.

Apa itu equity crowdfunding? Sebagaimana dikutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), equity crowdfunding adalah layanan urun dana melalui penawaran saham berbasis teknologi informasi.

Equity crowdfunding terbilang baru di Indonesia. Sampai November 2019 baru ada 2 perusahaan penyelenggara equity crowdfunding yang terdaftar dan atau berizin di OJK yaitu Santara dan Bizhare.

Menariknya, peluang pertumbuhan jenis investasi ini masih terbuka sangat luas karena pemain-pemain baru kemungkinan akan masuk ke investasi jenis ini. Boleh dibilang equity crowdfunding hampir sama dengan investasi di pasar modal.

Namun, perbedaannya dalam equity crowdfunding, penawaran saham dilakukan penerbit untuk menjual saham secara langsung kepada pemodal melalui sistem elektronik secara online.

Lalu yang diberikan kucuran dana atau selanjutnya disebut penerbit adalah perusahaan rintisan. Bisa juga UMKM dengan jumlah modal tidak lebih dari Rp30 miliar dan bukan merupakan perusahaan terbuka.

Penerbit juga harus berbentuk perseroan terbatas (PT) dan bukan perusahaan yang dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung oleh suatu kelompok usaha atau konglomerasi.

Penerbit akan melakukan penawaran saham perusahaannya melalui penyelenggara layanan urun dana. Setelah itu pemodal dapat membeli saham perusahaan yang saat itu ditawarkan.

Paling Lama 12 Bulan

Penawaran saham setiap penerbit melalui layanan urun dana ini berbeda dengan penawaran umum. Sebab, penawaran saham akan dilakukan melalui penyelenggara yang telah memperoleh izin dari OJK.

Penawaran saham dilakukan dalam jangka waktu paling lama 12 bulan dengan total dana yang dihimpun melalui penawaran saham paling banyak Rp10 miliar.

Hal lain yang membedakan equity crowdfunding dengan investasi saham yang sudaj jamak diketahui adalah setiap pemodal dengan penghasilan sampai dengan Rp500 juta per tahun, batas maksimal investasi pemodal tersebut adalah 5% dari jumlah pendapatan per tahun.

Setiap pemodal dengan penghasilan lebih dari Rp500 juta per tahun, batas maksimal investasi pemodal tersebut adalah 10% dari jumlah pendapatan per tahun.

Lalu kira-kira apa saja saham yang bisa ditawarkan dalam equity crowdfunding ini? Ada banyak usaha, namun kebanyakan adalah usaha yang ada di sekitar kita bahkan yang sering kita beli atau gunakan.

Ini akan lebih memudahkan investor untuk menganalisis pertumbuhan usaha tersebut, apakah menguntungkan atau tidak. Jika menguntungkan tentu berpeluang mendapatkan dividen dari pertumbuhan perusahaan tersebut.

Jadi kunci saat berinvestasi jenis ini adalah pintar-pintar menganalisis dan melihat peluang agar supaya keuntungan yang didapat bisa jadi passive income.

Namun, wajib dingat, investasi ini termasuk jenis investasi jangka panjang jadi jangan buru-buru ingin langsung merasakan “hasilnya”.

Memasuki tahun baru ini tidak ada salahnya mencoba jenis investasi baru ini. OJK mengingatkan untuk memastikan lembaga equity crowdfunding Indonesia yang berizin dan atau terdaftar agar tidak dirugikan.